Rabu, 12 Feb 2025
  • ~ Strength and Honour ~

Nikmat Diujung Sabar

Nikmat Diujung Sabar

Oleh : Tri Nur Hayati, S.Sos

Sabar merupakan satu kata yang sering diucapkan banyak orang ketika menanti hal yang diinginkan atau ketika seseorang sedang mengalami musibah dan kesulitan. Namun, pada kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak semua orang mampu untuk memiliki kesabaran. Banyak orang yang gagal dan berakhir pada kemaksiatan bahkan dosa besar yang sangat dibenci Allah SWT. Kesabaran hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang bertekad kuat dan kemauan yang hanya tertuju kepada Allah SWT semata.

Pengertian Sabar secara bahasa berasal dari bahasa Arab yakni diambil dari kata sobaro yasbiru, artinya menahan. Secara istilah, sabar ialah menahan diri dari berbagai macam bentuk kesulitan, kesedihan atau dengan kata lain menahan diri dari hal yang tidak disukai dan dibenci. Dalam Agama Islam khususnya, ada 3 jenis sabar yakni sabar dalam ketaatan, sabar dalam menghadapi musibah, dan sabar dengan tidak melakukan maksiat.

Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa Allah akan menguji hambaNya serta akan memberikan kabar gembira bagi mereka yang bersabar.

 “Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar . Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepadanya kami akan kembali).” (Q.S Al-Baqarah: 155-156)

Ada suatu kisah tentang kesabaran yang berujung nikmat dari seorang ibu penjual tempe. Setiap hari ibu itu membuat tempe untuk dijual ke pasar. Biasanya sebelum subuh tempe-tempe tersebut sudah siap untuk dijual. Hari itu ia membuat tempe lebih banyak dari biasanya karena membutuhkan uang lebih untuk membayar sekolah anaknya. Setelah selesai membungkus semua tempenya, ibu bersegera untuk tidur dan berharap besok pagi tempenya sudah matang proses peragiannya serta laku semuanya.

Sebelum subuh ibu bangun untuk sholat tahajud serta berdoa agar Allah lancarkan jualan hari ini dan bisa melunasi biaya sekolah anaknya. Iapun kemudian membereskan rumah dan menyiapkan sarapan untuk anaknya. Setelah subuh ibu bersiap untuk berangkat ke pasar yang berjarak sekitar dua kilometer dengan berjalan kaki. Selama di perjalanan ibu tersebut berdoa agar tempenya segera jadi sebelum sampai pasar. Kemudian ketika melewati musholla ibu berhenti untuk istirahat sekaligus melaksanakan sholat dhuha.

Setelah sholat dhuha ibu melanjutkan perjalanan menuju ke pasar. Di sepanjang perjalanan ia selalu yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya. Sesampainya di pasar ibu penjual tempe tak menata dagangannya seperti pedagang yang lain karena semua tempenya belum matang. Ia hanya duduk disamping bakul tempenya sembari bersabar dan berdoa. Waktu semakin siang dan pedagang lain mulai pulang karena barang dagangannya sudah habis. Ibu pun mulai resah, beberapa kali ia buka tutup bakulnya berharap tempenya segera matang. Keresahannya semakin menjadi ketika beberapa pembeli menolak untuk membeli tempe yang belum matang.

            Akhirnya waktu tengah hari pun datang. Ibu penjual tempe harus segera menuju sekolah anaknya untuk menjelaskan kondisinya. Dengan hati yang sedih dan kecewa karena merasa bahwa Allah tidak mendengarkan doanya ibu tersebut berjalan dengan cepat menuju sekolah. Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depannya. Sosok wanita paruh baya turun dari mobilnya.

“Maaf, ibu berjualan tempe?”, tanya wanita kaya itu.

“I.. i.., iya”, dengan tergagap ibu penjual tempe menjawab.

“Kalau begitu boleh saya beli tempenya bu? Masih kan? Tadi saya sudah ke pasar tapi tidak ada satupun pedagang tempe disana. Kemudian ada salah satu pedagang yang memberi tahu kalau dari pagi tempe ibu belum laku dan pergi ke arah sini. Kebetulan saya sedang mencari banyak tempe untuk dikirimkan ke anak saya yang kuliah di luar negeri.” panjang lebar wanita itu menjelaskan.

“Boleh, boleh bu, tapi saya tidak mungkin menjual tempe-tempe ini karena belum ada yang matang.” jawab ibu penjual tempe.

“Kebetulan saya mencari tempe yang setengah matang bu untuk dikirimkan.” terang wanita paruh baya.

 Ibu penjual tempe terhenyak ketika mendengar penjelasan wanita tersebut. Sungguh luar biasa rencana Allah. Setelah kesabarannya hampir habis dan kecewa karena tidak dikabulkan doanya. Tetapi Allah berkehendak lain, semua dagangan tempenya laku dan ibu tersebut bisa melunasi biaya sekolah anaknya. Segeralah ia memohon ampun karena telah putus asa dengan doanya.

Sama halnya dengan cerita diatas, seringkali kita sebagai manusia tidak sabar dan ingin segera dikabulkan dalam berdoa. Namun Allah ingin menguji hambanya terlebih dahulu dengan sedikit kesulitan agar bisa untuk bersabar. Karena bersama kesabaran akan ada kenikmatan yang jauh lebih besar dan lebih baik daripada yang kita bayangkan.

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi bersabda: “Ketahuilah olehmu! Bahwasanya  datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran“. (HR. At-Tirmidzi)

Semoga kita menjadi golongan hamba Allah yang senantiasa bersabar dalam segala kondisi. Amin.

Sumber :

Ereta, Astvat. 2015. Guru Monyet Bukan Guru Biasa. Malang: Genius Media.

www.materibelajar.co.id

gls team

Tulisan Lainnya

PERJUANGAN OJI
Oleh : IIS PSM Magetan

PERJUANGAN OJI

Menyalami Tawa di Sudut Singapura
Oleh : IIS PSM Magetan

Menyalami Tawa di Sudut Singapura

Nabi Muhammad SAW Teladan Utama
Oleh : IIS PSM Magetan

Nabi Muhammad SAW Teladan Utama

Go International di Penghujung 2022
Oleh : IIS PSM Magetan

Go International di Penghujung 2022

Bukan Hanya Tugas Ibu
Oleh : IIS PSM Magetan

Bukan Hanya Tugas Ibu

0 Komentar

KELUAR