Penulis: Fadilatul Masitoh, S.Pd.
Pandemi Covid-19 telah merubah seluruh tatanan kehidupan manusia. Kegiatan masyarakat mulai dibatasi demi menekan penyebaran virus corona. Dampak dari pembatasan ini, banyak pekerja yang berkurang jam kerjanya atau malah kehilangan pekerjaannya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Maret 2021, angka kemiskinan di Indonesia sebesar 10,14% dengan jumlah penduduk miskin mencapai 27,54 juta orang.
Masa pandemi membuat banyak orang mulai menghemat pengeluarannya, apalagi tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Pemerintah juga menggencarkan pemberian bantuan untuk masyarakat yang terdampak pandemi. Sedikit atau banyaknya bantuan yang didapatkan oleh masyarakat menjadi berkah tersendiri di masa yang serba sulit seperti ini.
Berbuat baik di kala lapang tentu tidak sulit, akan tetapi menjadi tidak mudah di kala susah. Memberikan bantuan untuk orang lain di masa pandemi ini mungkin bukan keputusan yang gampang. Ada orang yang memilih untuk menyimpan uangnya karena takut menjadi miskin. Ada juga orang yang enggan membantu sesamanya karena takut jika kekurangan. Akan tetapi sebagai seorang muslim, kita patut meneladani Nabi Muhammad SAW. Allah Maha Pemberi dan Maha Pemurah, mencintai orang yang suka memberi dan dermawan. Adapun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah seorang yang paling dermawan. Beliau merupakan seorang yang paling dermawan dalam bersedekah terhadap apa yang dimiliki. Beliau memberi tanpa khawatir menjadi miskin. Bersedekah dan memberi merupakan perbuatan yang paling disukainya.
Masa pandemi seperti sekarang ini merupakan momen yang terbaik untuk bersedekah. Saat yang sulit seperti ini, untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri saja terkadang kesulitan apalagi jika harus memberi atau bersedekah pada orang lain. Akan tetapi dalam suatu riwayat perihal sedekah disebutkan:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?”
Rasulullah bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya.” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Bersedekah ketika takut miskin dapat diartikan mampu mengalahkan bisikan dan godaan setan yang datang dari segala penjuru. Berarti juga berpaling dari janji palsu setan dan lebih memilih karunia dari Allah berupa balasan yang lebih baik di akhirat kelak. Firman Allah Ta’ala:
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia, dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 268).
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (pembayarannya oleh Allah) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak.”
(Al-Hadid: 18)
Ada suatu kisah dari pasangan suami istri yang memiliki bisnis yang cukup besar, diantaranya bidang properti dan konveksi. Pernah suatu ketika mereka menceritakan bahwa bisnisnya sempat gulung tikar dan meninggalkan hutang dengan total 17 miliar rupiah. Semua hartanya tergadai dan terancam kena sita. Hutangnya tersebar ke berbagai pihak dan menyisakan masalah kronis. Bahkan mereka menyampaikan bahwa harta yang dimiliki kala itu hanyalah cincin kawin sang istri.
Pasangan tersebut meminta saran terkait masalah yang dihadapinya, karena dalam waktu dekat mereka harus segera pulang ke kampung halaman. Bukan untuk melepas rindu dengan keluarga, melainkan menemui banyak orang yang menunggu pertanggung-jawabannya. Masalah yang mereka hadapi sudah masuk ke ranah hukum dan ada puluhan orang yang mengancam akan memenjarakan mereka.
Esok hari, harus tersedia uang 2 miliar lebih. Hingga malam sebelumnya, sang istri hanya berhasil memperoleh pinjaman sebesar 50 juta rupiah dari temannya. Saran yang diberikan kepada pasangan tersebut adalah bahwa dari uang tersebut diminta untuk disisihkan sebesar 5 juta rupiah guna disedekahkan pada orang-orang termiskin di kampung mereka. Kemudian disisihkan beberapa juta untuk keperluan anak-anak mereka.
Sang istri yang mendapat saran seperti itu sudah tidak dapat berpikir jernih dan memilih untuk mengiyakan. Dua hari berikutnya, sang istri memberi kabar bahwa dia dan suaminya tengah keluar masuk perkampungan untuk membagi-bagikan sedekah dari uang yang disisihkan tersebut. Dengan isak tangis sang istri bercerita bahwa dia sangat bersyukur karena di tengah kesulitan yang dihadapi, mereka masih bisa menolong orang lain. Ternyata Allah SWT masih begitu sayang pada mereka.
Mereka kemudian berjanji tidak akan menyerah, bertekad akan segera bangkit, dan ingin bebuat lebih banyak untuk orang lain. Hingga pada akhirnya pasangan suami istri tersebut mampu bangkit dari keterpurukan dan membangun kembali kerajaan bisnisnya. Kekayaannya sekarang jauh melebihi jumlah hutang 17 miliarnya dulu.
Kisah tersebut menyiratkan banyak hikmah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran. Salah satu hikmahnya adalah sedekah di titik terendah kehidupan kita bisa melahirkan optimisme tertinggi yang kita butuhkan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Siapa yang membebaskan seorang mukmin dari kesempitan dunia, niscaya Allah akan membebaskannya dari kesempitan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Sedekah merupakan salah satu pintu gerbang yang dapat melapangkan dada dan melegakan hati. Janganlah meremehkan sesuatu yang akan kita sedekahkan, baik berupa sesuap makanan atau seteguk air dan lain sebagainya. Sesungguhnya orang yang mau mendermakan kebajikan, Allah akan memberi balasan di dunia dengan kelapangan dada, rasa senang dan gembira. Allah juga akan memberikan cahaya, melegakan hati dan mensejahterakan keadaannya. Oleh karena itu, bersedekahlah meskipun kita hanya memiliki harta yang sangat sedikit di titik terendah dalam hidup kita sekalipun.
Referensi:
Al Qarni, Aidh; Penerjemah: Sunarto, Achmad. 2007. Bahagia Tanpa Batas 1. Solo: Smart Media
M, Muhammad Syakir. 2015. Dahsyatnya Bangun Pagi & 7 Sunnah Harian. Solo: Aisar Publishing
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. Penyunting Team Darus Sunnah. 2014. Ensiklopedia Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnahhttps://www.kemenkopmk.go.id/program-perlindungan-sosial-dirancang-kurangi-angka-kemiskinan. Diakses 20 November 2021