(Sharing session)
Oleh Dewi Chandrawati
Sebagai orang tua, kita tentu ingin anak-anak kita berkembang baik sesuai dengan usianya. Karena itu, kita harus aware dengan tumbuh kembang anak dari berbagai aspek perkembangan. Salah satunya perkembangan bahasa yang berkaitan erat dengan ketrampilan bicara anak.
Ketrampilan bahasa ini penting karena sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif dan kompetensi sosial emosional anak. Menurut Howard, Shaughnessy (et al) dalam Jalongo (2007) di buku Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Anak Usia Dini disebutkan bahwa anak yang belajar berbicara serta berinteraksi baik dengan orang lain cenderung lebih berkembang dalam kemampuan keaksaraan dan belajar beragam pengalaman. Sebaliknya, anak yang gagal dalam perkembangan keterampilan berbahasa sesuai usianya memiliki resiko dalam kehidupan sosialnya, bermasalah dalam keterampilan membaca dan kesulitan akademis lainnya di sekolah.
Nah kebetulan, beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan untuk sharing di sebuah komunitas membaca mengenai salah satu gangguan berbicara pada anak usia dini. Sharing ini lebih berdasar pada pengalaman tentang kasus yang pernah saya temui, dilengkapin hasil diskusi dengan konselor di sekolah. Sebelumnya, kita kenali dulu beberapa gangguan di dalam perkembangan bicara pada anak berikut:
Nah, jenis-jenis keterlambatan dalam berbicara, ditunjukkan dengan gangguan yang dialami anak di atas. Lalu bagaimana dengan speech delay?
Speech delay atau keterlambatan bicara adalah kondisi kemampuan bicara anak yang tidak berkembang sesuai dengan usianya. Jadi, anak yang mengalami speech delay, anak cenderung mengalami kesulitan untuk mengekspresikan keinginannya pada orang lain. Salah satunya karena kelemahan dalam kosakata seperti halnya gangguan tersebut.
Sebenarnya, pada masa toodler (1-3 tahun), anak mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata singkat. Lalu apa saja indikasi bahwa anak mengalami speech delay? Berikut indikasi umumnya:
Menurut Bromley di buku Perkembangan Bahasa, “…ada kemungkinan terjadi perbedaan kecepatan dalam berbahasa pada anak..”
Jadi, kemungkinan perbedaan kemampuan anak yang satu dengan yang lain bisa saja terjadi. Meskipun bahasa dan kemampuan berbicara pada anak berbeda, namun keduanya saling berkaitan. Kemampuan bicara ini adalah salah satu aspek bahasa yang termasuk dalam ketrampilan bahasa ekspresif.
Beberapa contoh kasus yang pernah saya temui di antaranya:
Secara umum, anak yang mengalami speech delay, anak cenderung kurang percaya diri ketika bersosialisasi dengan orang lain, karena keterbatasan bahasanya. Teriak atau marah – marahnya karena keinginannya tidak segera dipenuhi oleh orang tuanya.
Lalu apa penyebab umumnya?
Setelah mengetahui penyebab umumnya, baru kita bisa mengarahkan cara penangannya. Karena penangan speech delay ini dilakukan berdasarkan penyebab dan tingkat Speech Delay-nya.
Biasanya yang sering ditemui karena lidahnya pendek. Jadi sebaiknya dirujuk ke dokter tumbuh kembang anak, lalu nanti mungkin akan direkomendasikan perawatan lainnya.
Kalau ada gangguan di indra pendengaran, otomatis kan anak sejak bayi tidak mendapatkan “masukan stimulasi” dari lingkungannya. Jadi kemungkinan speech delay cukup besar. Nah bagaimana penanganannya? Dirujuk ke dokter.
Kurang stimulasi di sini bisa berarti waktu masih bayi, anak tidak diajak ngobrol/menyanyi/berkomunikasi. Didiamkan saja. Atau masih umur di bawah 3 tahun sudah dikenalkan HP dan TV. Penanganannya tentu dengan pemberian stimulasi:
Ini bisa karena autisme, cedera otak, dll.
Anak yang speech delay-nya disertai atau karena gangguan perkembangan lain biasanya disarankan untuk diokupasi terapi dan terapi wicara.