Oleh : Adhitya Alvrian Nugraha (Siswa Kelas XI – Preu1)
Meraih juara 2 kompetisi Global Youth Summit. Siapa yang menyangka? Itulah yang saya rasakan saat mendapati pengalaman yang tak akan pernah terlupakan ini. ‘Kekurang beruntungan’ saya dan tim saya di kompetisi inotek 2022 berhasil membuat kami tertawa sembari berteriak “NT NT NT”. Nice try, which mean you should try again.
Laboratorium sekolah. 11 muda-mudi SMA. Beberapa hari sebelum keberangkatan. Kita benar-benar di aduk-aduk oleh segala permasalahan yang ada. Kita adalah Pelajar SMA yang secara tiba-tiba menjelma menjadi anak SMK, alhasil rangkaian meledup, tangan full luka solder, kesetrum, jari tergerindra dan lain sebagainya. Tak hanya itu kita juga didampingi oleh tekanan mental karena alat belum selesai, presentasi belum siap, performance belum matang, sementara jarum jam terus berputar arogan. Namun dengan tubuh yang sehat dan komitmen yang kuat kita bisa menyelesaikan semua masalah dengan hahahihi.
Hari pemberangkatan. Berangkat pagi hari. Saya pamit dengan orang tua saya sebelum berangkat via ‘vicall’, 30 menit panggilan baru di tutup. Kita berangkat bersama inovator muda SMA Satu dengan bis. Wasek. Magetan menuju bandara Juanda Surabaya, lalu terbang menuju Changi airport Singapore. Sepatu saya mendarat di karpet bandara Changi pukul 11. Hal pertama yang saya lakukan adalah megangi kuping sembari tolah-toleh karena jet lag. Kita di jemput dan di arahkan menuju hotel untuk beristirahat. Tapi sebelum istirahat kita mengisi perut kita yang kosong terlebih dahulu. Kita berjalan tidak jauh dari hotel menuju kedai Babang Husain. Masakan disini ternyata lebih condong ke manis jika rasakan dengan lidah ‘blendrang’ saya, perpaduan rasa yang asing dan unik tapi bikin nagih. Malam itu saya melahap satu posi nasi lemak, setengah porsi nasi briyani milik teman saya, dan segelas teh tarik. Perut kenyang, pikiran tenang, hati riang adalah waktu yang tepat untuk merebah di atas kasur posisi terlentang.
Pagi pertama. Bangun pagi, mandi, langsung berjalan mencari makan. Tempatnya tidak jauh dari hotel, tinggal jalan dikit sudah sampai. Saya makan sambel goreng tahu waktu itu. Warnanya kuning dan rasanya manis ala timur tengah yang rempah-rempahnya kenceng. Porsi di Singapura tidak sama dengan Indonesia. Butuh 2 orang untuk mendapatkan porsi yang pas. Perut sudah kenyang bergegaslah kita menuju hotel. Ganti pakaian dan berangkat menuju lokasi acara. Kita diperkenalkan dengan apa itu ‘GYS’, ‘SDG’, dan peran-peran kita yang semestinya kepada lingkungan. Disana kita juga di arahkan tentang bagaimana kompetisi ini berjalan,dan beri tips untuk presentasi tentunya. Sepulang dari sana kita berkumpul di kamar 303 mendiskusikan strategi kita untuk presentasi dalam 3 menit, mengubah powerpoint kita, meyakinkan satu sama lain dan berdoa sekeras-kerasnya agar hari esok dapat berjalan dengan lancar.
Hari kedua. Bel berbunyi, pintu di buka. Kak Asman membawakan kami sekantong plastik berisi sandwich dan onigiri hangat sebagai sarapan kita. Setelahnya kita langsung bergegas berangkat ke lokasi acara lagi. Kompetisi berlangsung dengan serius. Masing-masing tim memaparkan inovasinya dengan sangat baik dan membuat saya ketar-ketir. Tentu teman-teman dan guru saya meyakinkan saya waktu itu. Kita mempelajari bagaimana cara prestasi yang baik, apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan saat presentasi dengan memerhatikan para peserta sebelumnya. Kita lolos menuju babak final. Kaget? Jelas! Siapa yang menyangka? Lanjutlah kita presentasi sebagai finalis, dengan waktu lebih lama 2 menit. Pengumuman pemenang kembali di umumkan. Pengumuman dimulai dari juara 6. Sampailah 2 tim tersisa tim saya (magic) dan 1 tim dari Kamboja, itu berarti perebutan juara 1 dan 2. Dan saat di umumkan siapa pemenangnya. Pemenangnya adalah tim dari Kamboja. Kami tetap bersorak dan tertawa kencang waktu itu. Kita tertawa lepas dan sangat kencang. Tertawa tanpa mengucap ‘NT’ lagi.
Malam di hari kedua. Kamar 303 di isi oleh sekumpulan orang-orang kelelahan. Namun senyuman bahagia masih terpancar di tiap-tiap wajah mereka. Kami merayakan kemenangan itu dengan beres-beres, beli mi instan di Seven Eleven dan mengistitahatkan pikiran dan otot-otot tubuh untuk agenda esok harinya.
Hari ketiga ngapain? Kita pergi ke semacam festival kaula muda. Disana ada banyak stan, ada tempat parkour, ada tempat karya seni dan banyak lagi. Tapi, yang paling diingat di hari ketiga adalah kita pergi ke sentosa island. Kita bertamasyaria disana mulai dari gulung-gulung di lapangan rumput sampai mengejar sunset di pantai. Foto terus sampai memori full.
Di hari yang keempat. Kita tour ke tempat yang tidak pernah saya lupakan, garden by the bay. Tempat yang sangat sejuk, penuh tanaman hijau, dan banyak hal yang membuat saya takjub. Hari ke empat adalah hari terfavorit saya. Walaupun kita belum bisa mengunjungi Merlion tapi saya sangat senang dapat melihat hal-hal yang tidak umum bagi saya. Singapura selalu membuat saya takjub di setiap kedipan mata, mulai dari melihat bagaimana cara mereka makan, cara mereka berjalan, cara mereka menaiki MRT, cara mereka menyambut saat solat Jum’at, cara membeli, cara mereka menegor dan menghargai. Semuanya.
Hari terberat adalah hari kepulangan. Dihari itu kita berkemas, berfoto dan memberi hadiah sebagai kenang-kenangan. Kita menuju kebandara disertai tangisan langit yang seirama dengan suasana hati. Sedih, enggan untuk pulang. Namun kita harus tetap pulang menuju tempat yang disebut rumah dan kembali berjuang. Berjuang kembali.